Lombok Timur, 20/12/2024 – Saya pertama kali bergabung dengan Lombok Research Center (LRC) pada tahun 2016 yang lalu. Lembaga ini memiliki Program “Stop Child Trafficking” yang dilaksanakan di Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB. Jadi tugas saya pertama kali di LRC adalah sebagai asisten admin program.
Meskipun latar belakang pendidikan saya adalah ekonomi namun, dalam dunia NGO (Non Government Organization) pengalaman saya masih sangat nihil. Hal tersebut menuntut saya untuk cepat beradaptasi agar dapat memahami bagaimana kerja-kerja di dunia NGO. Saya mengakui bahwa tekad untuk terus belajar dan bertumbuh menjadi modal dasar agar dapat menyesuaikan dengan tanggung jawab saya di suatu hal yang baru dan tidak saya peroleh di bangku kuliah.
Tanggung jawab sebagai asisten admin program saya emban sampai tahun 2018 seiring dengan berakhirnya Program Stop Child Trafficking. Selanjutnya saya dipercaya oleh Ketua Yayasan LRC DR. Maharani untuk menjadi FAO (Finance & Admin Officer) lembaga Lombok Research Center (LRC) sejak 2019. Namun tugas-tugas sebagai FAO sejatinya saya sudah laksanakan menjelang berakhirnya Program Stop Child Trafficking dimana, pada 2018 saya mengelola keuangan lembaga terkait dengan berbagai donasi yang dikelola oleh LRC pada saat terjadinya bencana alam gempa bumi Lombok pada 2018 yang lalu.
“Selama saya menjadi FAO lembaga, terus terang saja pengetahuan saya dalam menajemen keuangan masih sangat sederhana, karena selepas program pada 2018 itu lembaga hanya mengelola program-program yang sifatnya temporer atau sementara waktu saja”
Transformasi Dari AP menjadi FAO Terbaik 2024
Tahun 2023 menjadi titik dasar dalam pengetahuan saya terkait pengelolaan keuangan lembaga dan program. Dari sebelumnya saya ditugaskan sebagai asisten program (AP) pada Program INKLUSI BaKTI di tahun 2022 menjadi FAO untuk program tersebut. Dalam hal ini LRC merupakan mitra lokal Yayasan BaKTI dalam implementasi Program INKLUSI di Kabupaten Lombok Timur.
Pada awalnya memang tugas sebagai FAO dalam Program INKLUSI BaKTI sangat berat karena pengelolaan keuangan lembaga yang selama ini saya terapkan masih belum sesuai dengan standar pelaporan yang diakui. Namun dengan berbagai kegiatan peningkatan kapasitas pengelolaan keuangn program diberikan oleh Yayasan BaKTI telah memberikan perubahan positif dalam perjalanan saya sebagai seorang FAO.
Tekad saya untuk terus belajar menjadi modal dalam upaya memberikan sesuatu dampak positif, baik bagi saya pribadi ataupun bagi lembaga tempat saya bernaung selama ini. Transformasi dari AP menjadi FAO tidaklah mudah karena banyak tantangan yang harus saya lalui, baik dari pelaporan yang mendekati deadline ataupun dari dukungan dokumen staf program yang harus saya kelola agar pelaporan pengelolaan keuangan kepada Yayasan BaKTI sebagai mitra dapat diterima tanpa mendapat masukan atau feedback dari tim operation BaKTI INKLUSI. Tantangan selanjutnya adalah pergantian sementara FAA yang harus menjalani cuti melahirkan menambah tantangan yang harus saya hadapi.
Dukungan dari lembaga dan teman-teman program sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas-tugas sebagai FAO Program INKLUSI BaKTI. Lembaga LRC tempat saya mengabdi selama ini memang dalam prinsipnya memberikan dorongan dan mendukung setiap stafnya untuk dapat terus bertumbuh dan berkembang, baik dalam pengetahuan dan kapasitas pengembangan sumber daya manusianya.
Dukungan tersebut sangat saya rasakan banyak sekali membantu saya dimana, dalam Pertemuan Monev Program INKLUSI BaKTI 2024 yang dilaksanakan di Surabaya pada 15-18 Desember 2024 yang lalu, Lombok Research Center (LRC) meraih penghargaan sebagai lembaga dengan pengelolaan keuangan program terbaik.
Saya pribadi pastinya berbangga dengan capaian tersebut namun, capaian tersebut pastinya juga karena adanya dukungan dan komitmen LRC untuk terus mendorong adanya perubahan sumber daya yang dimilikinya ke arah yang lebih baik.
SARNIATI : DARI ASISTEN PROGRAM (AP) MENJADI FINANCE & ADMIN OFFICER (FAO) TERBAIK
