Oleh: Maharani*
Universitas dan Lembaga Penelitian memainkan peran penting khususnya sebagai sumber penting untuk masukan kebijakan. Namun, di Indonesia Timur, khususnya di Nusa tenggara Barat (NTB) lembaga-lembaga penelitian tersebut sering kali tidak memiliki jaringan ke level nasional dan internasional, mengalami kesulitan dalam berkolaborasi dengan peneliti lain, dan seringkali tidak memiliki sumber daya dan sistem internal yang diperlukan untuk menghasilkan penelitian berkualitas tinggi.
Selain itu, terdapat budaya ‘academic insularity’ yang lazim di kalangan masyarakat peneliti Indonesia – mereka kurang memiliki mobilitas akademis dan interaksi dengan rekan-rekannya dalam produksi pengetahuan. Penting untuk mendorong meritbased promotion di Universitas dan Lembaga Penelitian, meningkatkan produktivitas penelitian, dan mempromosikan multi-disiplin dan transfer ide dan dialog antar Universitas dan Lembaga penelitian. Insentif juga diperlukan untuk mendorong interaksi antara peneliti lokal dan peneliti internasional.
Melihat hal itu, KONEKSI-BaKTI mengajak para peneliti yang ada di NTB untuk melakukan diskusi kelompok terfokus (FGD). FGD tersebut dilaksanakan pada hari selasa 2 April bertempat di Hotel santika Mataram. Di dalam FDG tersebut hadir sekitar 43 peneliti yang tersebar di NTB dari disiplin ilmu yang beragam dan dari Institusi yang beragam pula. Tidak hanya peneliti dari Universitas, peneliti dari kalangan NGO, Private sector dan peneliti independen pun hadir dalam acara tersebut.
Ibu Sumarni selaku Manager Program Koneksi-BaKTi menjelaskan akan pentingnya kolaborasi dalam melakukan kerja-kerja penelitian. Kolaborasi merupakan keharusan dikarenakan pada saat ini isu-isu dan permasalahan yang ada semakin kompleks, sehingga untuk menyelesaikannya harus berdasarkan disiplin keilmuan yang beragam.
“Dikarenakan semakin kompleksnya permasalahan yang ada saat ini, maka untuk menyelesaikannya harus berdasarkan keilmuan yang beragam” Ungkap Sumarni.
Selain itu, Sumarni juga menegaskan bahwa Program KONEKSI mempunyai fokus yang kuat pada kesetaraan dan inklusi sosial termasuk bagaimana mengatasi kesenjangan pengetahuan secara regional di Indonesia. Terdapat kebutuhan yang jelas akan jaringan yang memungkinkan para peneliti untuk berkolaborasi dalam kegiatan yang relevan seperti pelatihan terstruktur, pembangunan jaringan, dan menghubungkan peluang penelitian kolaboratif antar anggota. Sehubungan dengan hal tersebut, BaKTI dan KONEKSI mendorong pertukaran pengetahuan, memperluas jaringan dan kontak dalam bidang pengembangan dan penelitian di Indonesia Timur, serta melaksanakan kegiatan pengembangan jaringan dan koalisi, penelitian dan kapasitas kepemimpinan; dampak kebijakan dan industri; dan sosialisasi hibah kolaboratif.
Dalam FDG tersebut dibagi menjadi tiga tema yang dibahas yaitu pentingnya berkolaborasi, persfektif GEDSI dan pentingnya berjejaring. Dalam tema kolaborasi, semua peserta sepakat akan pentingnya berkolaborasi dalam melakukan penelitian. Bahkan bisa dikatakan semua peserta sudah melakukan kerja-kerja kolaborasi penelitian baik secara pribadi maupun secara institusi mereka.
Salah satu peneliti dari Private sector Putrawan Habibi juga menegaskan bahwa saat ini perusahaannya juga sedang membuat kolaborasi bersama dalam menyelesaikan permasalahan di lokasi proyeknya. Dalam berkolaborasi perusahaannya mengajak Universitas, dan NGO lokal untuk melakukan kerja bersama.
“Saat ini perusahaan saya sedang menggandeng pihak Univeritas dan NGO untuk terlibat di dalam melakukan kerja bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan” Ungkap Putrawan Habibi.
Riset kolaboratif memungkinkan peneliti untuk berbagi pendekatan atau metode, sehingga basis riset tidak bertumpu pada satu metode saja. Melainkan sudah merambah ke metode yang relatif baru dan tidak pernah diterapkan sebelumnya (mixed-methods). Melalui hal tersebut, peneliti juga mampu menyesuaikan diri dan belajar untuk menyatukan pendapat yang berbeda dari masing-masing disiplin ilmu. Terakhir, riset kolaboratif juga memungkinkan peneliti untuk mengembangkan luaran penelitian yang tidak sekedar jurnal atau buku semata, melainkan menghasilkan kebijakan atau hilirisasi teknologi yang impactnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Selain tema kolaborasi, dalam FGD tersebut juga dibahas pentingnya persfektif GEDSi didalam penelitian. Perspektif GEDSI juga membantu peneliti dalam memperluas cakupan analisis. Misalnya, dalam analisa kelayakan sebuah proyek, perspektif GEDSI memperluas cakupan analisa untuk memastikan inklusivitas proyek bagi kaum disabilitas maupun perempuan.
Tantangan dan hambatan utama dalam penerapan perspektif GEDSI dalam penelitian cukup beragam, mulai dari keterbatasan dari aspek waktu, tenaga, maupun dana dalam sebuah penelitian. Selain itu, di NTB masih banyak peneliti/enumerator yang sama sekali belum memahami perspektif disabilitas dalam konteks penelitian. Selain itu, belum banyak lembaga maupun aktivitas penelitian yang berkenan merekrut peneliti disabilitas.
Tema terakhir yang dibahas dalam FGD yaitu pentingya berjejaring antar sesama peneliti, baik di tingkat Regional, Nasional maupun internasional. Secara umum, peneliti yang hadir telah bergabung dalam organisasi yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi antar sesama peneliti, baik dalam lingkup Universitas, Nasional, maupun Internasional. Dalam aspek komunikasi, sebagaian besar peneliti menyebutkan platform yang efektif seperti WhatsApp/Telegram (Komunikasi), Website (Informasi), Sosial Media (Informasi dan Komunikasi), dan pertemuan ofline juga menjadi keharusan baik dalam bentuk apa saja seperti pertemuan Ilmiah Tahunan (Conference or Simposium). Dengan kehadiran platform komunikasi yang memadai, para peneliti dapat mengakses informasi seperti profil peneliti, informasi proposal pendanaan penelitian dan lain-lain.
Para peneliti yang hadir dalam FGD tersebut merasa sangat senang akan adanya FGD yang di fasilitasi oleh KONEKSi-BaKTI ini, dan semua berharap ada rencana tindak lanjut yang lebih jelas lagi kedepannya untuk kemajuan para peneliti dan untuk kemajuan pembangunan di Daerah. FGD hari itu pun di tutup dengan melakukan buka puasa bersama.
*Peneliti Utama Lombok Research Center (LRC)