Lombok Timur, 08/03/2025 – Sebagai aksi percepatan kesetaraan gender dan advokasi pembangunan inklusif, Lombok Research Center (LRC) bersama Yayasan BaKTI dalam Program INKLUSI gelar Aksi Kolektif Peringatan Hari Perempuan Internasional bertema “Curhat Rakyat: Membangun Dialog untuk Mempercepat Pembangunan Inklusif di Lombok Timur”.
Kegiatan ini mengundang keynote speaker Bapak Muhammad Yusri, AKMP selaku ketua DPRD Lombok Timur serta anggota DPRD Lombok Timur, yakni Bapak Saeful Bahri, S.Sos., dan Bapak Dedy Akwarizal Pebriyanto, Amd. Kep. Kegiatan yang terlaksana pada Sabtu, 8 Maret 2025 dipandu oleh Bapak Rusliadi selaku Ketua Forum Media dan Jurnalis Lombok Timur di Classic Coffee, Sikur, Lombok Timur. Adapun peserta yang hadir berasal dari perwakilan Kelompok Konstituen di 15 desa binaan LRC, forum media, NGO dan perwakilan disabilitas.
Dibuka oleh Direktur Lombok Research Center, Suherman dalam sambutannya menyampaikan tujuan kegiatan ini untuk mendorong partisipasi masyarakat dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi kepada stakeholder pemerintahan terkait kebutuhan dan permasalahan masyarakat. Ia juga berharap, hasil dialog ini dapat mendorong upaya kesejahteraan masyarakat dan percepatan aksi pembangunan inklusif di Lombok Timur.
“Dialog dalam peringatan Hari Perempuan Internasional ini kami harap dapat menjadi ruang komunikasi antara anggota dewan, pemerintah dan masyarakat. Masyarakat dapat mengutarakan kebutuhannya yang nantinya dapat dirumuskan ke dalam kebijakan daerah”, pungkas Suherman.

Berkesempatan hadir, Ketua DPRD Kabupaten Lombok Timur, Muhammad Yusri, AKMP mengatensi terkait peran perempuan dalam pembangunan ekonomi. Dengan sejumlah tantangan yang dihadapi, perempuan berhasil melakukan inovasi dan memberikan solusi sehingga mereka mampu menjadi penggerak ekonomi keluarga, komunitas dan daerah. Terlebih UMKM di Lombok Timur sebagian besar digerakkan oleh perempuan, dengan mengoptimalkan pemberdayaan perempuan akan berdampak pada pembangunan ekonomi daerah.
“Persentase jumlah perempuan produktif di Lombok Timur cukup besar di angka 48 persen, sayangnya potensi besar ini belum dimaksimalkan oleh pemerintah untuk memberikan peluang-peluang yang dapat dikembangkan oleh perempuan”, kata Yusri.
Senada dengan Yusri, Saeful Bahri, S.Sos selaku anggota DPRD Lombok Timur menyampaikan bahwa upaya pemberdayaan perempuan sama halnya dengan mengupayakan pembangunan masyarakat secara luas. Perempuan berperan dalam banyak sektor dengan mengembangkan potensi yang dimiliki. Kendati demikian, perempuan juga paling rentan terdampak kemiskinan dan kekerasan. Program pemajuan perempuan dapat diupayakan melalui ekonomi kreatif dengan membangun kemitraan berkelanjutan serta pendekatan yang partisipatif.

“Indeks Pembangunan Masyarakat kita nomor 7 dari 10 kabupaten/kota di NTB, artinya pembangunan perempuan juga masih rendah. Dengan memberikan akses dan membuka kesempatan kerja sebesar-besarnya di semua sketor tanpa membedakan latar belakang dan gender akan memberikan perempuan kesempatan untuk berkontribusi lebih besar bagi perekenomian daerah bahkan nasional”, ujar Saeful kepada seluruh peserta.
Tidak hanya membahas terkait pembangunan ekonomi, Dedy Akwarizal Pebriyanto, Anggota DPRD Lombok Timur menyoroti terkait peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan bagi perempuan, anak, disabilitas dan kelompok rentan lainnya. Kendati pelayanan publik terkait aspek tersebut di Lombok Timur belum maksimal dalam mengcover semua permasalahan masyarakat. Namun ia yakin melalui dialog, komunikasi masyarakat dan program pemerintah yang tepat sasaran akan mampu menjawab tantangan yang ada.
“Kami berharap pemanfaatan program di wakil rakyat bersifat jangka panjang dan berkelanjutan, kami siap berkolaborasi dengan LRC untuk membahas isu-isu potensial yang dapat mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi”, ungkap Dedy.
Salah satu peserta dari perwakilan disabilitas, Rifki mengutarakan terkait pemenuhan hak disabilitas, khususnya dalam akses pendidikan. Ia memaparkan, layanan pendidikan di Lombok Timur, jumlahnya hanya sedikit yang dapat diakses disabilitas. Di Lombok Timur baru terdapat 9 SLB, di antaranya 3 SLB negeri dan 6 SLB swasta. Dengan total penyandang disabilitas di tahun 2022 sebanyak 130.000 (9 persen) dari 1,4 juta penduduk Lombok Timur, tentu belum mampu mengcover kebutuhan pendidikan bagi disabilitas.
“Dari data yang kami kumpulkan bersama guru dan pengawas di Lombok Timur, dari 3.000 data yang terinput, sekitar 50 persen anak disabilitas mengakses pendidikan di sekolah regular. Karena saat ini ada regulasi yang mengatur bahwa semua sekolah harus menerima semua peserta didik. Masalahnya, apakah sekolah-sekolah regular ini memiliki fasilitas yang dapat menunjang pemenuhan pendidikan disabilitas. Ini yang sebenarnya memerlukan atensi pembangunan pemerintah”, kata Rifki.
Selain pembangunan ekonomi perempuan dan pendidikan inklusif, dalam kegiatan ini juga dibahas terkait ketahanan pangan dan peningkatan akses layanan kesehatan bagi masyarakat dan kelompok rentan. Momentum peringatan Hari Perempuan Internasional dengan menyuguhkan dialog antara anggota dewan dengan masyarakat diharapkan mampu membangun kolaborasi dan komitmen bersama untuk mempercepat aksi pembangunan inklusif di Lombok Timur. Sebab, sebesar apapun tantangan pembangunan, jika dilakukan bersama-sama akan lebih mudah menemukan jalan keluar. Selamat Memperingati Hari Perempuan Internasional, semangat melakukan aksi perubahan.