Kolaborasi LRC dan BASAibu Wiki: Memperkuat Identitas Budaya Pemuda NTB

Lombok Timur, 7 Agustus 2024 – Lombok Research Center (LRC) kembali memperluas jejaring dengan salah satu mitra yang juga fokus dalam pemberdayaan masyarakat bernama BASAibu Wiki. LRC diminta untuk memfasilitasi koordinasi antara pihak BASAibu Wiki dengan tokoh adat di Lombok Timur untuk menggali informasi tentang bahasa daerah, potensi pemuda, sekaligus untuk memberikan pemahaman tentang rencana pengembangan program BASAibu di NTB.

Dalam koordinasi tersebut, Baiq Titis Yulianty selaku Manajer Program LRC mempertemukan tokoh adat Lombok Timur, Lalu Malik Hidayat, S.Pd., dengan pihak BASAibu Wiki yang terdiri dari Putu Eka Guna Yasa (Managing Director), I Kadek Juniarta (Logistics Coordinator), Harla Octarra (Wiki Consultant) dan Masita Ibnu (Manajer Program BASAsulsel Wiki). Pertemuan dilaksanakan di Desa Lendang Nangka, Masbagik, Lombok Timur, Senin 5 Agustus 2024.

Sebagaimana disampaikan oleh Putu Eka Guna Yasa, BASAibu Wiki merupakan platform digital kreatif yang bertujuan untuk memperkuat peran pemuda dalam menyikapi isu publik bersama pemerintah berbasis bahasa daerah. Dalam upayanya, pemuda dilibatkan dalam kegiatan lomba, webinar dan lokakarya secara luring dan daring dengan tujuan untuk mempertahahankan bahasa daerah, adat dan budaya berbasis digital.

Ia melanjutkan pada tahun 2021, BASAibu Wiki mereplikasi programnya ke Sulawesi Selatan bernama BASAsulsel Wiki, kemudian di tahun 2023 kembali mereplikasi ke Kalimantan Selatan dengan nama BASAkalimantan Wiki. Dalam mereplikasi program, BASAibu Wiki bekerja sama dengan pemerintah daerah dan mitra lokal di daerah. Selanjutnya, di tahun 2024, BASAibu Wiki ingin mengembangkan programnya di NTB.

L. Malik Hidayat (tengah) tokoh budaya Sasak memberikan masukan kepada Tim BASAibu Wiki tentang kebudayaan dan adat Suku Sasak di kediamannya di Desa Lendang Nangka pada, Selasa (6/8/2024). Foto: LRC

“Jadi kami tidak hanya bergerak dalam budaya, bahasa dan sastra tetapi juga mendorong pemuda agar lebih peka terhadap permasalahan sosial dan lingkungan, seperti masalah kelompok rentan (disabilitas), sampah, pendidikan dan lainnya”, kata Putu Eka Guna Yasa dalam koordinasi tersebut.

Salah satu tantangan yang dihadapi di Lombok Timur dan NTB, sebagaimana disampaikan oleh Lalu Malik Hidayat, selama ini pemuda masih dianggap sebagai biang masalah, sehingga interaksi antara pemangku kebijakan atau pemerintah dengan pemuda belum berjalan baik. Namun, melalui budaya dan kesenian ternyata bisa menjadi alat untuk mengembalikan semangat anak muda dalam mempelajari nilai-nilai budaya itu sendiri. Bahkan bisa menjadi wadah untuk mempertemukan antara pemuda dengan pemangku kebijakan.

“Jadi, kita buatkan anak-anak muda ini misalnya komunitas Gendang Belek, kalau di Desa Lendang Nangka ada Sanggar Gedeng Kedaton. Selain diajarkan tentang kesenian, di sana mereka juga belajar tentang nilai-nilai budaya yang baik termasuk belajar menyampaikan aspirasi mereka”, ungkap Lalu Malik Hidayat.

Adanya dukungan dari pemerintah juga ikut membantu merevitalisasi budaya melalui program pemajuan kebudayaan. Baiq Titis Yuianty menyampaikan sejak 2020, pemerintah daerah Lombok Timur melalui pendidikan sudah mulai menerapkan 10 unsur kebudayaan melalui muatan lokal di sekolah. Termasuk di dalamnya pengembangan bahasa daerah, kesenian, permainan dan olahraga.

“Bahkan, kalau kami di LRC misalnya ketika memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah selalu mengusahakan agar materi yang disampaikan disesuaikan dengan konteks lokal. Misalnya, sosialisasi tentang pencegahan perkawinan anak, kita kenalkan bahasa Sasaknya yakni ‘merarik kodek’. Ini tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan Bahasa Ibu kepada anak-anak tetapi agar mereka tahu bahwa di dalam adat juga mengatur akan hal tersebut”, kata Baiq Titis.