Lombok Timur, 24/04/2025 – Sekitar 22 peserta dari unsur pemerintah desa dan kelompok konstituen di sebelas desa binaan LRC Lombok Timur hadiri Kegiatan Pemetaan, Asesmen Kapasitas dan Potensi Kelompok Rentan serta Sumber Daya Lokal yang dilaksanakan oleh Lombok Research Center sebagai mitra Yayasan BaKTI dalam Program INKLUSI pada Rabu, 23 April 2025 di Aula Rasbani II, Selong, Lombok Timur.
Dibuka oleh Direktur Lombok Research Center, Suherman dalam sambutannya menyampaikan salah satu fokus implementasi Program INKLUSI (Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif) untuk peningkatan ekonomi berbasis potensi lokal desa. Melalui peningkatan kapasitas pelaku ekonomi di 15 desa binaan LRC diharapkan dapat mendorong ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
”Ke depannya, LRC akan memfasilitasi asesmen dan pemetaan sehingga produk yang dihasilkan
UMKM berdampak terhadap pembangunan di desa. Jadi kami harap partisipasi aktif kita dalam
mengembangkan potensi usaha di desa,” tambah Suherman.
Ahyar Rosyidi, selaku Peneliti Media dan Inklusi Yayasan Inovasi Sosial sekaligus fasilitator menjabarkan jenis-jenis usaha yang potensial untuk dikembangkan di desa. Menurutnya, pengembangan ekonomi berdasarkan potensi lokal dapat mendorong terbentuknya ekonomi inklusif, karena semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berperan membangun perekonomian desa dan merasakan manfaatnya.
“Terlebih bagi desa-desa yang sudah memberikan akses dan bantuan bagi teman-teman disabilitas dan kelompok rentan lainnya dalam usaha, ini menjadi modal besar untuk mendorong pembangunan ekonomi inklusif di desa,” ujar Ahyar Rosyidi.
Terkait kelanjutan pemberdayaan ekonomi di 15 desa dampingan LRC, Koordinator Program INKLUSI-LRC, Baiq Titis Yulianty, setelah ini setiap desa akan menentukan satu jenis UMKM di desa, baik yang dikerjakan kelompok maupun mandiri, sebagai kelompok dampingan. Kelompok dampingan tersebut akan mendapatkan pendampingan dari sisi pembukuan, manajemen usaha, legalitas dan pengembangan produk.
“Hasil asesmen yang dilakukan hari ini akan kita lanjutkan di minggu depan dan harus sudah ada keputusan dari desa siapa yang akan diajakukan sebagai kelompok dampingan. Bentuk pendampingan yang akan kami berikan bukan dalam bentuk pemodalan, tetapi kami akan bantu UMKM meningkatkan kapasitas dari sisi pembukuan, manajemen, izin usaha, quality control dan pengembangan produknya,” kata Baiq Titis.

Pahminuddin, SH selaku Kepala Desa Labuhan Haji yang hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa terdapat sejumlah kelompok UMKM di Desa Labuhan Haji yang diberdayakan di desa. Pemdes Labuhan Haji sudah membentuk 22 kelompok nelayan, 4 kelompok pengolah dan pemasar hasil ikan yang anggotanya dari istri dan keluarga nelayan dan kelompok usaha bersama yang mendapatkan anggaran dari Dana Desa untuk pengelolaan dan budidaya ikan air tawar, ikan air laut dan udang vaname.
“Selain anggaran dari Dana Desa, dari tahun sebelumnya kami sudah bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan, bahkan sudah mendapatkan bantuan permodalan yang cukup besar. Ke depan mungkin yang masih menjadi PR kami, bagaimana membina UMKM mandiri yang jumlahnya mungkin ribuan”, tutur Pahminuddin siang itu.
Sementara itu, Muhammad Riyawadi selaku Pemerintah Desa Aikmel Utara menjelaskan bahwa sudah desa tengah mendorong ekonomi inklusif dengan pemberdayaan kelompok rentan dan kelompok rentan lainnya. Sebelumnya, pemerintah desa telah memberikan bantuan modal usaha bagi seumlah disabilitas untuk pembuatan produk sapu lidi. Sementara di tahun ini, anggaran dana desa dialokasikan untuk permodalan dan pendampingan UMKM yang digerakkan perempuan kepala keluarga. Pemerintah desa tidak hanya memberikan akses permodalan tetapi juga membantu dari sisi pelatihan dan peningkatan kapasitas.
“Sejak tahun tahun lalu pemerintah desa juga telah memberikan pelatihan untuk pemasaran produk di media sosial dan website serta pengadaan bazar di jalan desa yang dijadwalkan setiap hari Kamis, setiap minggunya. Harapannya, program ini bisa dirasakan manfaatnya langsung oleh pelaku UMKM, khususnya yang digerakkan oleh kelompok renta di desa,” kata Riyawadi.
Setelah kegiatan ini, LRC akan memfasilitasi pertemuan selanjutnya untuk menentukan usaha di tiap desa binaan LRC yang akan dijadikan sebagai kelompok dampingan.