Lombok Timur, 12/03/2025 Untuk memastikan masyarakat mendapatkan hak partisipasi dalam pembangunan di tingkat desa maupun daerah, Program INKLUSI – Yayasan BaKTI dan Lombok Research Center laksanakan Pertemuan Penguatan Kelompok Konstituen Terkait Partisipasi Politik dan Isu Perubahan Iklim pada Rabu, 12 Maret 2025. Bertempat di Classic Coffee, kegiatan ini mengundang unsur pemerintah desa, perwakilan masyarakat dan pemuda di Desa Kotaraja.
Berkesempatan membuka kegiatan Direktur Lombok Research Center, Suherman menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini untuk menjaring aspirasi masyarakat agar prioritas pembangunan yang dilakukan pemerintah desa benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan di desa.
“Salah satu bentuk kolaborasi antara pemerintah desa dengan masyarakat yakni dengan aktifnya masyarakat dalam memberikan masukan kepada pemerintah desa, agar kebijakan atau program yang dihasilkan efektif dan tepat sasaran”, ujar Suherman.
Kegiatan ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkomunikasi langsung dengan pemerintah desa terkait fokus program anggaran Dana Desa 2025 yang diatur dalam Permendesa Nomor 2 Tahun 2024. Disampaikan oleh Mustafa selaku Kabid Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Dinas PMD Lombok Timur sekaligus narasumber, bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari pembangunan agar proses prencanaan penganggaran dan kebijakan di desa lebih matang.
“Bapak dan ibu yang hadir di sini adalah orang yang dipercayakan kepala desa untuk memberikan masukan dan mampu memberikan informasi kepada semua masyarakat, agar yang lain juga mau terlibat dalam proses pembangunan”, imbuh Mustafa.
Mustafa menambahkan, hingga saat ini hampir setengah dari desa di Lombok Timur sudah mengesahkan APBDES. Terdapat 100 lebih desa dari total 239 jumlah desa yang sudah menginput dokumen APBDES dan dipastikan Dana Desanya sudah ditransfer.

Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim juga menjadi program prioritas yang diatur di dalam Permendesa Nomor 2 Tahun 2024. Mitigasi dan adaptasi sharus dilakukan sedini mungkin untuk mengurangi dan menanggulangi dampak perubahan iklim. Lalu Farouq Wardana selaku narasumber menyampaikan bahwa perubahan iklim tengah menjadi permasalahan global, yang penyebab utamanya adalah aktivitas manusia, sehingga harus ada kesadaran masyarakat dan kolaborasi semua pihak untuk dalam mengatasinya.
“Perubahan iklim merupakan isu kompleks sehingga harus ada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mengatasi tantangan yang dihadapi”, tambah Lalu Farouq.
Menanggapi isu tersebut, salah satu perwakilan kelompok tani Desa Kotaraja menyoroti jika perubahan iklim berdampak besar terhadap menurunnya produktivitas hasil pertanian, yang berakibat pada kurangnya ketersediaan pangan dan mahalnya harga kebutuhan masyarakat. Untuk itu, ia berharap ada program dari pemerintah desa yang ditujukan untuk ketahanan pangan dan pengembanga teknologi pertanian yang ramah lingkungan.
Dr. Maharani selaku fasilitator dalam kegiatan sekaligus peneliti di Lombok Research Center menyoroti perlu adanya pelibatan perempuan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di desa. Selama ini, perempuan jarang sekali dilibatkan dalam pengambilan keputusan di desa, padahal mereka memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal, sebagai pengurus sumber daya alam dan berperan besar dalam rumah tangga.
“Kalau berbicara tentang perubahan iklim sebenarnya yang paling dekat adalah perempuan, karena hampir semua sektor digerakkan perempuan, mereka aktif di bidang pertanian, pengelolaan makanan, UMKM dan sebagainya. Jadi, perlu melibatkan mereka dalam perencanaan pembangunan terkait perubahan iklim di desa”, ungkap Maharani.
Peserta yang hadir dari unsur pemerintah desa, BPD, Kawil, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, PKK, Kader Posyandu, Kelompok Konstituen dan pemuda di Desa Kotaraja mengikuti kegiatan dengan antusias, mereka memberikan masukan terkait program yang akan dijalankan pemerintah desa di tahun 2025.