Optimalisasi Desa Mandiri Pangan: Mewujudkan Ketahanan Pangan di Lombok Timur

Lombok Timur – Pada hari Selasa, 24 Juni 2025, Lombok Research Center (LRC) menyelenggarakan acara Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dengan tema “Optimalisasi Desa Mandiri Pangan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Lombok Timur”. Kegiatan DKT tersebut diselenggarakan di Aula Pertemuan Lesehan Sekar Asri, Sekarteja, Lombok Timur dan menghadirkan 15 peserta yang berasal dari 10 perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan 5 Unit Pelaksana Teknis Penyuluh Pertanian (UPTPP).
 
sebuah Focus Group Discussion (FGD) bertema “Optimalisasi Desa Mandiri Pangan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan” digelar di Aula Pertemuan Lesehan Sekar Asri, Selong, Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lombok Research Center (LRC) dengan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah (Pemda) Lombok Timur, menghadirkan perwakilan dari 10 Organisasi Perangkat Daerah (OPD), antara lain dari Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas PMD, Dinas Perikanan dan Kelautan, dan beberapa OPD penunjang sektor pangan lainnya dan 5 Unit Pelaksana Teknis Penyuluhan Pertanian (UPTPP) dari kecamatan strategis di Lombok Timur. Hadir pula akademisi dari Universitas Mataram (Unram) sebagai narasumber.
 
Acara Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) ini bertujuan untuk merumuskan strategi konkret dalam mengembangkan desa mandiri pangan sebagai pilar utama ketahanan pangan di Lombok Timur. Di tengah tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga pangan, dan kebutuhan untuk memperkuat produksi lokal, kegiatan ini menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk menyusun langkah kolaboratif. “Desa mandiri pangan bukan hanya soal produksi, tetapi juga distribusi, akses, dan keberlanjutan pangan di tingkat lokal,” ujar Suherman, Direktur LRC, dalam sambutannya.
 
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Lombok Timur, drh. H. Achsan Nasirul Huda menjelaskan apabila melihat dari produksi pangan daerah dengan kebutuhan konsumsi masyarakat, sesungguhnya Kabupaten Lombok Timur dapat dikatakan telah mencapai swasembada. Namun, apabila kita memperhatikan beberapa pangan yang dikonsumsi masyarakat, sesungguhnya kita belum dapat dikatakan mandiri, karena beberapa bahan pangan tersebut masih didatangkan dari luar daerah.
 
Sebagai salah satu daerah agraris di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupaten Lombok Timur memiliki potensi yang besar dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan bagi masyarakatnya dan menjadi penopang program swasembada pangan NTB dan nasional. Masyarakat Lombok Timur pada umunya memiliki kegiatan utama ekonominya adalah produksi pangan dan bahan-bahan mentah. Sehingga, dengan kondisi itu setidaknya menjadikan Lombok Timur memiliki potensi ketahanan pangan yang tinggi. Lombok Timur memiliki potensi dalam mengembangankan Desa Mandiri Pangan dimana, dalam periode 2019-2022 terdapat 56 Lumpung Pangan Mandiri (LPM) dengan 1.926 jumlah anggota.
 
Acara DKT ini merupakan lanjutan dari kegiatan serupa yang dilaksanakan oleh LRC di akhir Mei 2025 yang lalu. DKT ini juga berujuan untuk pendalaman dari hasil DKT yang sebelumnya, sehingga peserta diberikan tiga pertanyaan kunci sebagai bahan diskusi yang dipandu oleh moderator acara. Peserta terlibat aktif dan berbagi pengalaman terkait dengan program-program yang dilaksanakan di masing-masing OPD dalam kerangka mewujudkan ketahanan pangan di Lombok Timur.
 
Mewujudkan desa mandiri pangan dalam upaya menuju ketahanan pangan daerah tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan pada salah satu OPD leading sector saja namun, dibutuhkan kolaborasi dan sinergitas semua perangkat daerah dan stakeholder lainnya. Hal ini penting, mengingat desa sebagai sebagai entitas pemerintah di tingkat bawah perlu untuk diberikan penguatan dari berbagai sisi untuk mendorong kemandiriannya dalam sektor pangan.
 
Kegiatan DKT ini menjadi salah satu langkah penting bagi Lombok Timur dalam memperkuat posisinya sebagai salah satu daerah lumbung pangan di Nusa Tenggara Barat (NTB). keberadaan LPM sebagai lumbung pangan desa perlu diperkuat melalui dukungan perangkat daerah, tidak hanya pada OPD “Rumpun Hijau” saja.
 
“Kami berharap hasil diskusi ini menjadi panduan bagi Pemda dan komunitas lokal untuk mempercepat terwujudnya ketahanan pangan yang berkelanjutan,” tutur Direktur LRC. Melalui kolaborasi yang solid antara Pemda, LRC, dan berbagai pemangku kepentingan, visi desa mandiri pangan akan mendekati kenyataan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *