Kemitraan RQNW dengan LRC: Membangun Generasi Qur’ani Berakhlak Mulia Bebas Perundungan

Yayasan Pondok Tahfiz Baqiyatussalaf Rumah Quran Nahdlatul Wathan (RQNW) di Lombok Timur menyelenggarakan sosialisasi “Santri Hebat Tanpa Bullying” pada Sabtu, 28 Juni 2025. Acara ini bertujuan menciptakan lingkungan pesantren yang aman dan inspiratif, serta menjadi bagian dari rangkaian penerimaan santri baru. Baiq Titis Yulianty, pembina Yayasan Lombok Research Center (LRC), hadir sebagai narasumber utama untuk memberikan pemahaman mendalam tentang bahaya bullying dan cara pencegahannya.

Sosialisasi ini dihadiri oleh puluhan santri, pengajar, dan staf yayasan. Manajer Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi RQNW, Irwan Rosidi, menekankan bahwa pesantren tak hanya tempat belajar agama, tetapi juga membentuk karakter santri yang berakhlak mulia dan saling menghormati. Baiq Titis Yulianty secara interaktif menjelaskan definisi, jenis, dampak psikologis, dan strategi pencegahan bullying, mengajak santri untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman. Ia menekankan bahwa bullying tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga kata-kata menyakitkan atau pengucilan.

Pentingnya sosialisasi anti-bullying di pesantren sangat krusial mengingat lembaga pendidikan Islam ini memiliki peran strategis dalam membentuk generasi Qur’ani yang cerdas, spiritual, dan emosional. Penelitian LRC menunjukkan bahwa bullying di pesantren seringkali tidak terdeteksi dan dianggap sebagai bagian dari “proses pendewasaan”. Padahal, tindakan ini dapat merusak kesehatan mental korban dan menghambat proses belajar. Kasus bullying yang kerap muncul di media sosial, termasuk di pesantren, menunjukkan kurangnya kesadaran dan program pencegahan yang terstruktur.

RQNW mengimplementasikan beberapa strategi pencegahan, meliputi pendidikan dan kesadaran tentang bullying bagi seluruh elemen pesantren, serta pengembangan keterampilan sosial melalui kegiatan kolaboratif seperti outbound atau ekstrakurikuler. Pendekatan restoratif juga diterapkan, berfokus pada pemulihan hubungan daripada sekadar hukuman, dan melibatkan sistem mentoring oleh santri senior. Seluruh komunitas pesantren, termasuk orang tua santri, dilibatkan dalam upaya pencegahan, sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melarang saling menghina dan mencela.

Sosialisasi ini mendapatkan respons positif dari para santri, yang kini lebih memahami pentingnya menjaga sikap. RQNW berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan serupa secara berkala dan membentuk tim konseling khusus untuk menangani kasus bullying. Inisiatif RQNW ini menjadi teladan bahwa pesantren dapat proaktif dalam mencegah bullying dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan santri, sejalan dengan upaya pemerintah dalam memerangi bullying di lingkungan pendidikan dan mencetak generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *