Kelompok Konstituen Binaan LRC Bicara Soal Capaian dan Tantangan dalam Kegiatan SINAKTI Tahun 2025
Pelaksanaan Sinergi Monitoring dan Evaluasi Program & Keuangan BaKTI (SINAKTI) menggunakan metode partisipatif dengan melibatkan mitra, stakeholder dan penerima manfaat di daerah. Metode ini bertujuan untuk menilai ulan dan mengevaluasi implementasi program dan operasional keuangan yang akan berguna sebagai perbaikan kebijakan, penyesuaian informasi dan perlindungan terhadap aset/sumber daya.
Di hari kedua SINAKTI di Lombok Timur, Yayasan BaKTI mengundang peserta dari kelompok konstituen (KK) dan pelaku UMKM di lima belas desa dampingan Lombok Research Center (LRC). Kegiatan berlangsung di Aula Pertemuan Hotel Syariah, Selong pada 27 November 2025.
Sesi ini bertujuan untuk memastikan bahwa mitra Yayasan BaKTI di daerah hingga tingkat penerima manfaat memahami kebijakan, prosedur pengelolaan program dan SOP pengelolaan keuangan. Hal ini juga untuk memastikan implementasi program sudah berjalan dengan baik dan realisasi penganggaran, mengetahui capaian lembaga dalam pelaksanaan program serta mencatat praktik baik yang dapat direplikasi oleh lembaga lain.
Manajer Operaional Yayasan BaKTI, Santy Reza Riewpassa mengingat kembali pentingnya kebijakan safeguarding sebagai upaya perlindungan terhadap segala bentuk kekerasan dan eksploitasi baik kepada anak-anak dan orang dewasa yang ditentukan oleh standar organisasi. Safeguarding juga berfungsi untuk mencegah terjadinya kecurangan/fraud dan pelanggaran di tingkat mitra lokal.
Santy melanjutkan, bahwa tujuan Tim BaKTI juga ingin mengetahui sejauh mana pemahaman mitra lokal dan penerima terkait kebijakan safeguarding. Begitu juga dengan akses untuk pelaporan jika ditemukan kekerasan atau pelanggaran dalam implementasi program, ini juga perlu diketahui apakah sudah berjalan dengan baik atau belum.
“Kami ingin mengetahui sejauh mana LRC telah memberikan pemahaman kepada Bapak dan Ibu terkait perlindungan dan keamanan saat menjalankan kegiatan, dan ketika melihat kasus-kasus itu apakah akses untuk pelaporannya mudah dilakukan. Dan yang terpenting, kedasaran diri kita untuk menciptakan lingkungan yang aman itu sendiri,” ungkapnya.
Direktur Lombok Research Center (LRC), Suherman menyambut baik tujuan Tim BaKTI dengan pelaksanaan audit tersebut. Karena secara tidak langsung hasil audit ini akan membantu organisasi untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah efektif dan tidak efektif selama menjalankan program. Termasuk untuk mengidentifikasi potensi dan tantangan di wilayah implementasi program untuk perbaikan ke depannya.
“Teman-teman BaKTI ingin menggali lebih jauh terkait praktik baik dari teman-teman selama menjalankan Program INKLUSI dan kerja-kerja yang dilakukan kelompok konstituen. Ini juga akan membantu kami dalam mengidentifikasi capaian dan tantangan, sebagai masukan bagi kami ke depannya,” tambahnya.
Selanjutnya, para peserta yang terdiri dari kelompok konstituen, pendamping kasus kekerasan, pendamping kasus perlindungan sosial dan pelaku UMKM di lima belas desa binaan LRC dimita untuk mengisi lembar kerja yang berisi pertanyaan terkait sejauh mana pemahaman mereka soal kebijakan safeguarding, sejauh mana efektivitas program dan usulan-usulan yang ingin disampaikan.
Sesi ini berlangsung interaktif karena para peserta juga langsung mengkonfirmasi terkait jawaban mereka kepada Tim BaKTI. Salah satunya, adalah Sri Yulyana, Ketua Kelompok Konstituen Labuhan Haji yang sering terlibat dalam pendampingan kasus kekerasan. Ia menuturkan bahwa sejak didampingi oleh LRC dalam Program INKLUSI, ia mengalami sejumlah perubahan secara personal. Ia menjadi lebih aktif bersuara termasuk menyuarakan hak-hak perempuan serta terlibat dalam pembangunan desa.
“Karena kami sering dilibatkan dalam diskusi bersama teman-teman LRC, pola pikir dan pengetahuan kami semakin diasah, sehingga saya pribadi lebih berani dalam menyuarakan pendapat, juga dalam menyuarakan hak-hak perempuan di desa,” pungkasnya.
Selain Sry Yulyana, sejumlah kelompok konstituen yang lain juga menyampaikan beberapa progress yang mereka dapatkan sejak dibina oleh Program INKLUSI dan LRC selama tiga tahun terakhir. Misalnya, di bidang UMKM, pelaku UMKM menjadi lebih memahami pentingnya melakukan pencatatan keuangan dan berhasil menambah laba dari luasnya jaringan. Begitu juga dari sisi kelompok konstituen yang terafiliasi dengan pemerintah desa, mereka menuturkan bahwa terdapat beberapa desa yang sudah menganggarkan untuk kegiatan kelompok konstituen dan mendukung pemberdayaan kelompok rentan di desa.
Meskipun kelompok konstituen binaan LRC sudah menorehkan banyak capaian dalam tiga tahun terakhir, perjalanan mereka juga tidak terlepas dari tantangan atau kendala yang sering dihadapi. Seperti yang disampaikan oleh Rahima selaku Ketua Kelompok Konstituen Desa Teros yang sering menangani kasus kekerasan. Ia juga bercerita sering menghadapi tantangan, karena tidak semua masyarakat menyadari pentingnya perlindungan terhadap anak dan perempuan. Contohnya, masih banyak masyarakat yang membiarkan terjadinya kasus perkawinan anak dan kekerasan dalam rumah tangga.
“Tidak semua orang bisa memahami dan mendukung kita saat melakukan pencegahan kekerasan. Terkadang saat menangani sebuah kasus (kekerasan), sering kali kita dianggap terlalu ikut campur dengan urusan orang lain,” jelasnya.

