Kolaborasi LRC dan Satgas PPKPT UGR Perkuat BEM Kampus dalam Pencegahan Kekerasan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah organisasi mahasiswa yang memiliki peran strategis dalam melakukan program kerja, menggerakkan kegiatan mahasiswa termasuk berperan aktif dalam aktivitas pengembangan jejaring dan kolaborasi dengan pihak lain.

Mengingat BEM Kampus memiliki peran strategis, Lombok Research Center (LRC) kemudian menggelar sosialisasi pencegahan kekerasan sekaligus untuk memperkenalkan Satgas PPKPT (Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi) Universitas Gunung Rinjani (UGR) yang sudah dibentuk pada 2024 lalu. Pembentukan Satgas PPKPT UGR ini juga atas kerjasama LRC dan UGR dalam penyelenggaraan Program INKLUSI-Yayasan BaKTI di perguruan tinggi.

Sosialisasi pencegahan kekerasan di perguruan tinggi diselenggarakan pada Senin, 10 November 2025 dengan sasaran anggota BEM fakultas dan mahasiswa sebanyak 50 orang. Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat kampus memiliki kesadaran tentang bentuk-bentuk kekerasan, bagaimana pencegahan kekerasan dan mekanisme pelaporan kasus kekerasan di perguruan tinggi.

Menurut Ketua Satgas PPKPT UGR, Ibu Rini Endang Prasetyowati, BEM adalah salah satu vokasi terbaik yang menjembatani antara kebijakan kampus dengan mahasiswa. Sehingga, penting memberikan pemahaman yang komprehensip bagi BEM dalam pencegahan kekerasan di lingkungan kampus.

“BEM punya peran krusial karena merepresentasikan mahasiswa di kampus. BEM punya akses yang lebih luwes dengan seluruh mahasiswa dan bisa menjadi tempat pengaduan pertama bagi korban kekerasan,” ungkap Rini Endang dalam sabutannya.

Kegiatan tersebut dibuka oleh Dr. Basri Mulyani, SH., MH., selaku Rektor UGR, dalam pidatonya ia menyampaikan bahwa penguatan BEM sangat penting untuk memberdayakan mahasiswa sebagai upaya kolektif dalam mewujudkan lingkungan kampus yang aman dan bebas kekerasan.

“Apa peran BEM dalam pencehan kekerasan, misalnya memastikan implementasi kebijakan anti kekerasan yang tertuang dalam Permendikbudristek No. 46 Tahun 2023. Kalau ada kebijakan kampus yang melenceng, BEM bisa melakukan tindakan korektif,” ungkap Basri.

Basri berharap dengan kegiatan sosialisasi ini semakin menumbuhkan partisipasi aktif mahasiwa dalam memberikan penyadaran terkait pencegahan kekerasan di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Dengan kesadaran mahasiswa akan melahirkan semakin banyak agen perubahan dalam melawan kekerasan dan menjadi langkah awal untuk memperkuat komitmen kampus dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif yang bebas kekerasan.

Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gunung Rinjani, tampak serius mengikuti acara sosialisasi pencegahan kekerasan di perguruan tinggi diselenggarakan pada Senin, 10 November 2025, di Auditorium UGR.

Koordinator Program INKLUSI-LRC, Baiq Titis Yulianty sekaligus narasumber kegiatan mengajak mahasiwa agar lebih berani menyuarakan penolakan terhadap kekerasan. Mahasiswa diajak agar tidak mentolerir segala jenis kekerasan di kampus maupun di luar kampus, mereka didorong agar menjadi pelopor pencehagan kekerasan dan mau melaporkan kasus kekerasan di sekitar mereka.

“Tidak ada tempat yang aman dari kekerasan, semua orang berpotensi sebagai pelaku dan korban kekerasan. Mulai sekarang, kita semua punya kewajiban berperan menciptakan lingkungan yang aman bagi diri kita dan orang lain di sekitar kita” kata Baiq Titis.

Melalui kegiatan ini, Universitas Gunung Rinjani akan terus berkomitmen dalam mendukung upaya pencegahan kekerasan di lingkungan perguruan tinggi. Sosialisasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk membangun budaya kampus yang saling menghargai, melindungi, dan menolak segala bentuk kekerasan di lingkungan kampus maupun luar kampus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *