Desa Aikmel Timur Gelar Sosialisasi Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga

Salah satu desa binaan Lombok Research Center (LRC) dalam Program INKLUSI-Yayasan BaKTI di Kecamatan Aikmel, Desa Aikmel Timur gelar sosialisasi pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga bagi 40 istri pekerja migran dan perempuan kepala keluarga di desa.
 
Ini bukan sekadar keberhasilan Program INKLUSI dalam membina desa-desanya di Lombok Timur, akan tetapi menujukkan bahwa desa sudah memiliki kesadaran dalam memajukan masyarakat, khususnya dalam mencegah kekerasan bagi perempuan dan anak. Hal ini patut diapresiasi dan menjadi percontohan bagi desa lainnya.
 
Sosialisasi yang dilaksanakan di Aula Kantor Desa pada Kamis, 4 Desember 2025 tersebut dihadiri oleh Kepala Desa Aikmel Timur, Bapak Asmui. Bapak Asmui menyampaikan bahwa kegiatan ini sengaja dianggarkan dari Dana Desa untuk mencapai tujuan pembangunan desa dalam meningkatkan partisipasi politik perempuan dan pengarusutamaan gender.
 
Ia juga berharap melalui sosialisasi ini para ibu-ibu lebih lebih sadar terkait hak-haknya sebagai perempuan, lebih peduli terhadap perlindungan anak serta memerhatikan kesejahteraan keluarga. Pemerintah desa juga sengaja menyasar istri pekerja migran Indonesia (PMI), karena selama ini mereka berperan penting sebagai tulang punggung keluarga yang menopang ekonomi, pendidikan bagi anak dan memenuhi kebutuhan keluarga.
 
“Penguatan dan pemberdayaan bagi perempuan sangat penting dilakukan, selama ini perempuan telah berperan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan memastikan pendidikan anak-anaknya” tambahnya.
 
Mewakili Camat Aikmel, Ibu Pradana Paramaningtiyas selaku Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kec. Aikmel menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam aspek ekonomi dan perlindungan. Hal ini akibat status perempuan sangat rentan dengan kemiskinan dan kekerasan. Ia menyarankan, agar perempuan lebih banyak dilibatkan dalam pengambilan keputusan baik di tingkat desa dan daerah. Dengan begitu, kebutuahan dan isu perempuan akan lebih mudah terakomodir.
 
“Selama ini perempuan selalu dikaitkan sebagai objek, padahal jika diberikan ruang, mereke difasilitasi, saya yakin kita juga mampu berdaya dengan sumber daya yang kita miliki,” jawabnya.
 
Selain itu, Pradana juga menyampaikan bahwa kebutuhan pendidikan bagi anak-anak pekerja migran juga harus diperhatikan. Dalam opininya, anak-anak pekerja migran lebih rentan terhadap kekerasan atau diskriminasi, terlebih bagi anak yang diasuh oleh bukan orangtua.
 
“Jangan sampai kondisi-kondisi tertentu dalam keluarga membuat kita semakin menjauhkan akses pendidikan formal kepada anak-anak. Karena tidak terpenuhinya pendidikan bagi anak, juga termasuk kekerasan” jelasnya.
 
Hadir juga dalam kegiatan sosialisasi sebagai narasumber, Ibu Triati selaku Asisten Program INKLUSI-LRC. Ibu Triati siang itu lebih banyak membahas langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh pemerintah desa dalam pemberdayaan perempuan. Salah satunya, melalui pengoptimalan pelibatan perempuan dalam musyawarah desa atau musyawarah khusus di desa.
 
Dengan melibatkan lebih banyak perempuan, tentunya gagasan atau kebijakan yang akan dihasilkan juga akan lebih berdampak dan bermanfaat terhadap perempuan.
 
“Salah satu ciri desa yang pro kesejahteraan dan inklusif itu harus mampu melibatkan perempuan-perempuannya dalam menentukan kebijakan. Harus kita ingat bahwa perempuan bukan sekadar pelengkap tetapi merupakan aktor yang mampu membawa perubahan,” kata dia.
 
Sebagai aktor utama dalam perubahan, pada dasarnya perempuan mampu membawa perspektif unik, misalnya seperti kepekaan sosial dan kemampuan mengakomodir sumber daya. Hal ini berfungsi untuk memastikan agar kebijakan yang dihasilkan sudah mencakup kebutuhan masyarakat secara menyeluruh, khususnya di tingkat desa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *