Dari Tangan Terampil ke Etalase Digital: Kisah Baru Perajin Bambu Sikur

Lombok Timur, 11/09/2025 – Di balik setiap helai anyaman bambu dari Sikur, Lombok Timur, tersimpan sebuah warisan. Tangan-tangan terampil para perajin telah selama puluhan tahun mengubah batang-batang bambu menjadi karya seni fungsional, dari perabot rumah tangga hingga dekorasi yang menawan. Namun, keindahan karya mereka seringkali hanya terdengar sayup di pasar lokal, terperangkap dalam metode pemasaran konvensional yang tak lekang oleh zaman.
 
Sebuah babak baru kini coba ditulis. Pada 10 September 2025, sebanyak 20 perajin dari Desa Montong Baan, Loyok, Kotaraja, hingga Gelora, berkumpul bukan untuk menganyam, melainkan untuk merajut masa depan. Diinisiasi oleh Lombok Research Center (LRC), sebuah lokakarya di Classic Coffee and Resto menjadi jembatan yang menghubungkan kearifan lokal dengan dunia digital tanpa batas.
 
Pelatihan ini bukan sekadar seminar biasa. Para perajin, yang sehari-hari akrab dengan bilah bambu, kini dipandu untuk akrab dengan keyboard dan layar sentuh. Di bawah bimbingan praktisi pemasaran Irwan Rosidi, mereka diajak memahami “jiwa” dari produk mereka—membangun branding yang kuat dan membidik pasar yang tepat. Sementara itu, Rodiman, S.Pd., secara sabar menuntun jari-jemari mereka untuk membuka toko daring pertama di marketplace Shopee. Suasana menjadi hidup saat teori bertemu praktik; mereka belajar memotret produk, merangkai kata deskriptif yang memikat, dan menyusun promosi.
 
Antusiasme terasa kental di setiap sudut ruangan. Dalam diskusi kelompok, terungkap sebuah kesadaran kolektif: dunia digital bukanlah ancaman, melainkan peluang emas. Mereka mulai memikirkan cara menceritakan proses di balik anyaman, pentingnya foto yang “berbicara”, hingga strategi menjangkau pembeli di luar pulau. Bahkan perajin produk besar seperti pagar bambu pun tak mau ketinggalan, mencari celah untuk beradaptasi.
 
Dari pertemuan itu, lahir sebuah ikrar bersama: untuk berubah, untuk konsisten mendokumentasikan karya, dan untuk terus belajar bersama. Ini adalah pergeseran pola pikir yang fundamental—dari menunggu pembeli datang, menjadi proaktif menjemput bola di jagat maya.
 
Langkah pertama telah diambil. Kini, perjalanan mereka menanti babak selanjutnya: pendampingan berkelanjutan, penguasaan fotografi produk, hingga membangun jaringan dengan industri pariwisata. Pelatihan ini telah menyalakan api semangat. Dengan kolaborasi yang solid, bukan mustahil anyaman bambu Sikur akan segera menghiasi tidak hanya rumah-rumah di Lombok, tetapi juga galeri-galeri di tingkat nasional dan mancanegara. Sebuah warisan yang kini siap mendunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *